Sabtu, 13 Maret 2021

RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) WEBWORKSHOP GURU MENULIS AGP PGRI GARUT

“GURU DAN TRADISI MENULIS”

Oleh: Ai Sadidah *)

*) Penulis adalah guru SMPN 1 Cisurupan Kab. Garut


Dari kegiatan Webworkshop Guru Menulis Asosiasi Guru Penulis (AGP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Garut yang dilaksanakan pada Selasa dan Rabu tertanggal 9 – 10 Maret 2021, salah satu topik yang menarik perhatian saya adalah “Guru dan Tradisi Menulis” yang disampaikan oleh Dr. Encep Suherman, M.Pd. Topik ini disampaikan nara sumber sebagai topik pertama pada hari ke-dua yang digelar secara virtual melalui zoom meeting dan live streaming YouTube PGRI Garut.

Mengawali paparannya, nara sumber mengajak peserta webworkshop membedakan antara menulis dan mengarang. Nara sumber mengilustrasikan perbedaan menulis dan mengarang dalam beberapa kalimat seperti menulis skripsi, menulis artikel; mengarang cerpen, mengarang novel. Dari sini kemudian, diberikan kesimpulan yang mendeskripsikan pengertian menulis dan mengarang.  Menulis dimaknai sebagai proses menghasilkan segala bentuk karya tulis, baik fiksi maupun nonfiksi. Sedangkan mengarang hanya tepat dihubungkan dengan proses menghasilkan karya tulis berbentuk fiksi saja.

Paparan selanjutnya, nara sumber mendeskripsikan beberapa alasan mengapa guru harus menulis. Ada banyak alasan yang sebenarnya bisa menjadi motivasi agar guru bisa menulis. Diantaranya adalah:

  • Mendorong untuk banyak membaca
  • Memiliki wawasan luas
  • Mengikat ilmu pengetahuan
  • Melatih kemampuan berbahasa Indonesia
  • Memperlambat kepikunan
  • Memotivasi siswa
  • Mendapatkan penghasilan tambahan
  • Memenuhi syarat kepangkatan

Yang menarik, menurut nara sumber sebaiknya guru memulai menulis tentang apa saja. Pokoknya menulis. Tetapi bagaimana agar kita sebagai guru bisa menulis? Untuk menjawab pertanyaan ini, nara sumber menyampaikan bahwa guru itu IREX dalam menulis. IREX ini ternyata akronim dari Inspiration, Research, Experience. Artinya guru menemukan inspirasi, kemudian melakukan riset dan bisa juga menuangkan pengalamannya sebagai bahan tulisan. Jenis tulisan yang bisa dipilih guru bisa berupa Eksposisi, Deskripsi, Argumentasi, Narasi yang oleh nara sumber diistilahkan dengan EDAN. 

Namun, nara sumber juga mengingatkan bahwa sarat menulis itu harus ada kemauan, motivasi, pengetahuan, dan kemampuan. Ada banyak yang memiliki kemauan tapi motivasi menulis masih kurang walau pun pengetahun dan kemampuan mendukung juga, tulisan tidak dihasilkan juga. Begitupun ada yang kemauan tinggi, motivasi kuat tapi pengetahuan dan kemampuan kurang, ini bisa ditingkatkan dengan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tersebut. Biasanya orang yang rajin menulis itu juga banyak membaca sebagai sumber pengetahuan yang dituangkan dalam tulisan. Walaupun demikian, menulis itu tidak dilahirkan tetapi dilatihkan. 

Bagaimana memulai menulis? Nara sumber menjelaskan ada langkah-langkah yang bisa dilakukan agar bisa memulai menulis, yakni cari dan tentukan topik; cermati pola pikir penulis lain, dan praktik menulis. Jadi menulis itu bukan dipikirkan saja tetapi dilakukan berupa praktek konkret menulis.

Sebagaimana nara sumber yang sebelumnya, nara sumber kali ini juga mengingatkan memang ada beberapa kendala yang menjadikan menulis belum menjadi tradisi para guru. Kendala tersebut ada yang bersifat psikologis, kemampuan, dan ekonomis. Kendala psikologis biasa dialami karena kurang percaya diri, takut dikritik orang lain, takut ditertawakan orang lain, dan sebagainya. Kendala berikutnya bersifat kemampuan. Kemampuan menulis memang harus dilatih secara rutin sebagaimana membaca menjadi suatu kebiasaan. Kemampuan menulis juga bisa ditingkatkan dengan banyak membaca karya orang lain. Terakhir, kendala ekonomis. Biasanya kendala ini bisa berkaitan dengan ketersediaan infrastruktur yang mendukung proses menulis. Namun, saat ini semestinya kendala ini sudah dapat diminimalisir dengan memanfaatkan teknologi yang mendukung menulis dan penyebarluasannya seperti sosial media, blogspot, atau web yang tidak berbayar yang bisa dimanfaatkan.

Demikian beberapa catatan yang sempat saya dapatkan dari nara sumber hari kedua yang menyajikan topik ““Guru dan Tradisi Menulis”. Topik yang sangat menarik dan menantang. Setidaknya bagi saya. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar