Sabtu, 20 September 2014

Catatan seminar dan launcing buku Ulama Kader Perempuan

Sabtu, 13 September 2014 bertempat di Hotel Cailendra Yogyakarta digelar seminar dan launching buku "Sejarah dan Masa depan ulama Perempuan.

Acara diawali dengan prosesi seremonial. Pada bagian ini, direktur Rahima, AD Eridani menyampaikan gagasan awal kegiatan ini. Rahima tergerak mendokumentasikan kiprah para mitranya yang sudah dikader dengan program Pengkaderan Ulama Perempuan (PUP) ke dalam sebuah buku.  Namun, disebabkan terbatasnya sumber pembiayaan, tidak semua kader ditampilkan profilnya dalam buku ini. PUP sendiri ketika buku ini diluncurkan sedang pada proses untuk angkatan ke-4. Yang terdokumentasi dalam buku ini, kiprah para kader yang merupakan alumni PUP angkatan 1 sampai 3.



Setelah pembukaan, acara dilanjut dengan peluncuran buku "Merintis Keulamaan untuk Kemanusiaan: Profil Kader Ulama Perempuan Rahima". Peluncuran buku ditandai dengan penyerahan buku dari Direktur Rahima ke beberapa tokoh perempuan yang profilnya diangkat dalam buku tersebut.

Sesi seminar terbagi dalam dua termin: termin pertama berupa sharing pengalaman beberapa tokoh yang profilnya diangkat dalam buku. Termin pertama ini menghadirkan 6 perempuan kader PUP Rahima angkatan I sampai terakhir (angkatan ke-4 masih dalam kegiatan yg berlangsung). Sesi pertama dipandu Kang Maman. Perempuan yang berbagi pengalaman pada sesi ini: Najmatul Milla (alumni PUP 1),  Istianah (alumni PUP II), Aniroh Munawaroh dan Maesaroh (alumni PUP III) dan Raudlatul Miftah (peserta PUP IV). Sesi I ini sungguh luar biasa. Menyimak sharing narsum dengan berbagai latar belakang yang berbeda, menghadirkan sebuah pengayaan pengalaman. Perempuan- perempuan ini sedang mencatatkan sejarah dirinya sendiri dengan pengharapan dunia yang ramah untuk kaumnya. Dari sharing ini kita masih dapatkan kenyataan bahwa dunia ini masih menyisakan kehidupan yang tidak ramah pada perempuan. Pendidikan diyakini menjadi pembuka kesadaran pada perempuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih adil bagi dirinya. Usaha ke arah sini pun tidak mudah ternyata. Sharing dari para narsum mengulas itu. Misalnya bagaimana perempuan yg ingin melanjutkan sekolah ke tingkat menengah saja (SMA/Aliyah) masih terkendala dengan keinginan orangtua untuk menikahkannya. Kehadiran para ulama perempuan di lingkungannya itu bagian dari kiprah atau upaya mereka akan pentingnya pendidikan bagi perempuan.

Pada sesi kedua, dihadirkan narasumber, para tokoh dari berbagai disiplin ilmu. Ada pak Munir Mulkhan, pak kyai Husen, bu nyai Krapyak, dan ketua jurusan Sosiologi UIN Suka (lupa namanya hehe). Pak Munir mengulas bagaimana perempuan memiliki tugas ganda di rumah dan secara sosial. Baginya, perempuan yang menjadi ibu bisa membuat satu buku saja merupakan prestasi luar biasa, bandingannya kalau laki-laki menghasilkan 5 buku. Ini terjadi karena perempuan juga mengutusi rumah tangga. Berbeda dengan laki-laki yang seringkali tidak merasa harus melakukan pekerjaan rumah tangga. Pak kyai Husen memaparkan sejarah ulama-ulama besar yang berguru pada perempuan. Disebut beberapa perempuan yang memiliki keilmuan lebih tinggi dari laki-laki. Kehancuran kekhilafahan telah ikut serta menarik perempuan dari peran sosialnya, perempuan kembali di tarik ke rumah. Lalu keilmuan agama terutama menjadi domain para lelaki. Bu nyai Krapyak memberikan testimoni bagaimana posisinya dalam menjalankan fungsi sebagai seorang istri kyai. Sementara akademisi dari UIN Suka mengulas bagaimana perempuan masa kini menghadapi tantangan globalisasi, para ulama perempuan juga menghadapi tantangan Islam yang berwajah "keras".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar