Disini dikupas bagaimana sifat jalaliyah dan jamaliyah Allah dikenali sebagai cara mengenal wujud Allah --> http://powermathematics.blogspot.com/2011/10/elegi-bagawat-selatan-mengaji.html?showComment=1412036980625#c3953670097255830744
Refleksiku:
Bertauhid adalah meyakini bahwa Allah itu ada dan berbeda dengan makhluknya, berbeda dalam wujud dan sifat-sifatnya. Kita tidak bisa membayangkan wujud dzat nya Allah karena dzatnya tidak terjangkau oleh penginderaan kita. Namun dzt Allah wujudnya dapat dikenali dari sifat-sifatnya. Sifat-sifat Allah ini tercermin dari nama-nama Allah yang dikenal sebagai asmaul husna. Dari banyak nama yang mencerminkan sifat Allah ini, para ulama mengelompokkan sifat Allah pada dua sifat besar: jalaliyyah dan jamaliyyah.
Jalaliyah adalah sifat-sifat yang berisi aspek-aspek keagungan dan kebesaran Allah SWT, seperti al-Akbar (Maha Besar), al-Azhîm (Maha Agung), al-Qawiy (Maha Kuat), dan al-Qadîr (Maha Kuasa). Sedangkan jamâliyah adalah sifat-sifat yang berisi aspek-aspek keindahan dan kelembutan Allah, seperti al-Rahîm (Maha Penyayang), al-Ghafûr (Maha Pengampun), al-Lathîf (Maha Lembut), dan al-Rahmân (Maha Penyayang).
Dalam perspektif feminisme, jalaliyyah merujuk pada sifat maskulin dan jamaliyyah merujuk pada sifat feminim. Dua sifat yang hadir sekaligus pada dzat yang tunggal.
Aspek jalâliyah adalah sesuatu yang sangat bernilai luar biasa, sangat tinggi, tak terjangkau dan tak ada bandingannya dengan makhluknya. Akan tetapi, di samping itu Allah juga sekaligus indah, dekat, akrab, penuh cinta, dan sifat-sifat kelembutan lainnya yang terangkum dalam aspek jamâliyah.
Nama-nama keagungan lebih berhubungan dengan ketakterbandingan Allah dan hamba-Nya. Jika kita merasakan diri kita tak terbandingkan dengan Allah SWT, ini tidak salah. Akan tetapi, kalau kita menekankan aspek keserupaan, nama-nama jamâliyah Allah yang kita tonjolkan, itu juga tidak salah. Sebab, memang apa yang Allah ciptakan di dalam diri kita semuanya itu berasal dari Allah SWT. Wajar kalau terjadi keserupaan-keserupaan. Allah Maha Pencinta, kita juga idealnya mencintai sesama. Allah Maha Pengasih, kita juga idealnya mengasihi antar sesama. Allah Maha lembut, kita juga harus lembut dengan sesama. Mengidentifikasikan diri dengan sifat-sifat kelembutan Allah itu satu kenikmatan tersendiri. Semakin kita meniru sifat kelembutan Allah, semakin halus budi pekerti ini. Yang harus dihindari adalah menyerupakan diri pada sifat-Nya dan merasa setara dengan yang diserupakan. Sebab Allah mustahil serupa makhluknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar