Jumat, 19
September 2014 merupakan pertemuan kedua mata kuliah Filsafat Ilmu. Kuliah
pertemuan ke-2 ini diawali dengan sederetan pertanyaan yang diajukan oleh Prof
Marsigit yang dijawab mahasiswa secara tertulis. Pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan terus terang membuat saya kebingungan atas apa yang harus saya
tuliskan sebagai sebuah jawaban. Hanya beberapa orang yang bisa menjawab
pertanyaan yang diajukan, sebagian besar tidak dapat menjawabnya. Setelah hasil
tes diperiksa saya baru memahami hendak kemana diarahkan pikiran kami pada saat
kuliah kedua ini.
Yang sangat saya garis bawahi dari perkuliahan
kali ini adalah adanya pengetahuan intuisi dan pengetahuan formal. Ada tak
berhingga pengetahuan yang bisa saya mengerti walaupun saya tidak dapat
mendefinisikannya. Pengetahuan demikian dinamakan dengan intuisi. Sedangkan
hanya sedikit pengetahuan yang kita miliki yang kita mengerti hanya melalui
definisi. Misalnya saja bilangan rasional, bilangan asli, dan bilangan prima.
Yang demikian ini dinamakan sebagai pengetahuan formal.
Dalam dunia pendidikan sering kita jumpai proses
pembelajaran matematika yang menghadap kearah pengetahuan formal. Guru lebih
banyak memberikan definisi-definisi, terus berceramah didalam kelas menuangkan
semua ilmunya kepada siswa, siswa menjadi pasif didalam kelas, kelas menjadi
kurang interaktif. Padahal 100% anak-anak selalu menggunakan intuisi mereka
dalam memahami sesuatu. Akan lebih baik jika pembelajaran didalam kelas
menerapkan intuisi, guru sebagai fasilisator membiarkan siswa menggunakan
pemikiran mereka untuk memahami pelajaran serta membiarkan mereka lebih aktif
sehingga kegiatan dikelas pun lebih interaktif. Ketika guru terjebak pada
pengetahuan formal, secara tanpa sadar guru tersebut sudah mengikis intuisi
para siswa dan membunuh nuraninya.
Nampaknya
pembelajaran matematika saat ini masih didominasi pada pengetahuan formal,
akibatnya matematika tampak seperti barang asing bagi anak. Anak tidak diberi
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga anak kurang percaya
diri dalam pembelajaran matematika dan mulai kehilangan intuisinya terhadap
matematika. Sebenarnya intuisi berkaitan erat dengan cara alamiah anak dalam
belajar dan berpikir matematika. Oleh karena itu pembelajaran yang dapat
mengembangkan intuisi anak sangatlah diperlukan. Dan guru memegang peranan
penting untuk menumbuhkan kebiasaan dan aktivitas belajar yang diarahkan pada
penggalian intuisi. Tentu tidak mudah bagaimana merebut intuisi anak-anak,
karenanya perlu terus dilakukan upaya dari guru untuk dapat mengarahkan intuisi
anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar