Kamis, 25 September 2014

Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu pertemuan ke-2



Jumat, 19 September 2014 merupakan pertemuan kedua mata kuliah Filsafat Ilmu. Kuliah pertemuan ke-2 ini diawali dengan sederetan pertanyaan yang diajukan oleh Prof Marsigit yang dijawab mahasiswa secara tertulis. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan terus terang membuat saya kebingungan atas apa yang harus saya tuliskan sebagai sebuah jawaban. Hanya beberapa orang yang bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, sebagian besar tidak dapat menjawabnya. Setelah hasil tes diperiksa saya baru memahami hendak kemana diarahkan pikiran kami pada saat kuliah kedua ini.


Yang sangat saya garis bawahi dari perkuliahan kali ini adalah adanya pengetahuan intuisi dan pengetahuan formal. Ada tak berhingga pengetahuan yang bisa saya mengerti walaupun saya tidak dapat mendefinisikannya. Pengetahuan demikian dinamakan dengan intuisi. Sedangkan hanya sedikit pengetahuan yang kita miliki yang kita mengerti hanya melalui definisi. Misalnya saja bilangan rasional, bilangan asli, dan bilangan prima. Yang demikian ini dinamakan sebagai pengetahuan formal.

Dalam dunia pendidikan sering kita jumpai proses pembelajaran matematika yang menghadap kearah pengetahuan formal. Guru lebih banyak memberikan definisi-definisi, terus berceramah didalam kelas menuangkan semua ilmunya kepada siswa, siswa menjadi pasif didalam kelas, kelas menjadi kurang interaktif. Padahal 100% anak-anak selalu menggunakan intuisi mereka dalam memahami sesuatu. Akan lebih baik jika pembelajaran didalam kelas menerapkan intuisi, guru sebagai fasilisator membiarkan siswa menggunakan pemikiran mereka untuk memahami pelajaran serta membiarkan mereka lebih aktif sehingga kegiatan dikelas pun lebih interaktif. Ketika guru terjebak pada pengetahuan formal, secara tanpa sadar guru tersebut sudah mengikis intuisi para siswa dan membunuh nuraninya.

Nampaknya pembelajaran matematika saat ini masih didominasi pada pengetahuan formal, akibatnya matematika tampak seperti barang asing bagi anak. Anak tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga anak kurang percaya diri dalam pembelajaran matematika dan mulai kehilangan intuisinya terhadap matematika. Sebenarnya intuisi berkaitan erat dengan cara alamiah anak dalam belajar dan berpikir matematika. Oleh karena itu pembelajaran yang dapat mengembangkan intuisi anak sangatlah diperlukan. Dan guru memegang peranan penting untuk menumbuhkan kebiasaan dan aktivitas belajar yang diarahkan pada penggalian intuisi. Tentu tidak mudah bagaimana merebut intuisi anak-anak, karenanya perlu terus dilakukan upaya dari guru untuk dapat mengarahkan intuisi anak-anak.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar