DISCOVERY LEARNING,
PROJECT BASED LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING
Dalam rangka implementasi kurikulum 2013, untuk mencapai
kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum maka kegiatan pembelajaran
perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan
kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang,
(4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi
dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan
bermakna (lampiran iv Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81A Tahun 2013).
Berdasarkan tujuan yang dirancang pada dokumen kurikulum 2013,
maka pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Untuk
mencapai tujuan dimaksud, strategi pembelajaran yang direkomendasikan pada kurikulum
2013 ada 3 (tiga) yaitu discovery
learning, project based learning dan problem based learning.
1. DISCOVERY LEARNING
a. Definisi
Discovery
mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan
yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui, masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang
direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa,
sehingga peserta didik harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya
untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian,
sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan
menyelesaikan masalah. Pada Discovery
Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi peserta
didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan
dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif)
apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan
Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi
aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student
oriented. Merubah modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi
secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery peserta didik menemukan
informasi sendiri.
b. Konsep
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi
aktif dari tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa
ingin tahu peserta didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery
Learning Environment, yaitu lingkungan dimana peserta didik dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang
mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar
peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan
dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulankesimpulan.
Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan
dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan
kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang
scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui kegiatan tersebut
peserta didikakan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang
bermanfaat bagi dirinya.
Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery
learning di kelas adalah sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Perencanaan pada model ini
meliputi hal-hal sebagai berikut.
- Menentukan tujuan pembelajaran
- Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik
(kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya)
- Memilih materi pelajaran.
- Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik
secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
- Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, - tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik
- Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik
- Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
2.
Pelaksanaan
Menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan metode Discovery
Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut.
Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada
peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat
tercapai.
Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah
dilakukan stimulation guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan masalah)
Data
collection
(pengumpulan data)
Pada
saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi
kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis.Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Data
processing (pengolahan data)
Menurut
Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Verification (pembuktian)
Pada
tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil
data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
c. Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian dapat berupa
penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta
didik.Jika bentuk penialainnya berupa penilaian pengetahuan, maka dalam model pembelajaran
discovery dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja peserta didik, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format
penilaian sikap seperti yang ada pada uraian penilaian proses dan hasil belajar
pada materi berikutnya.
2.
PROJECT BASED LEARNING (PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK)
a.
Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning=PjBL) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses inquiry
dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBLmerupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) peserta
didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
2) adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi
atas permasalahan atau tantangan yang diajukan,
4) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
5) proses
evaluasi dijalankan secara kontinyu,
6) peserta
didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,
7) produk
akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
8) situasi
pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai
fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik.
b. Langkah-langkah operasional
Berikut langkah-langkah beserta
penjelasan Pembelajaran Berbasis Proyek.
1) Penentuan
Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam dan topik
yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2) Mendesain
Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar
dan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi aturan kegiatan dalam penyelesaian proyek.
3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik menyusun jadwal aktivitas
penyelesaian proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline
penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membimbing
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5)
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu
cara.
4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor
the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek, menggunakan rubrik yang dapat merekam keseluruhan
aktivitas yang penting.
5) Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetensi,
mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik
terhadap pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, dan membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6) Mengevaluasi Pengalaman
(Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan pengalamanya selama
menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi untuk
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
c.
Sistem Penilaian
Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan
secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh peserta didikselama pembelajaran. Penilaian tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut. Penilaian proyek pada model ini merupakan
kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek
dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan :
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi: Kesesuaian dengan
mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian: Proyek yang
dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan
kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan, sampai hasil akhir proyek.Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal
atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis
data, dan penyiapkan laporan tertulis.Laporan tugas atau hasil penelitian juga
dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan
alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
3.
PROBLEM BASED LEARNING (PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH)
a.
Konsep
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah modelpembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah
dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata.Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik
pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Adalima
strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu:
1) Permasalahan sebagai kajian.
2) Permasalahan sebagai
penjajakan pemahaman
3) Permasalahan sebagai contoh
4) Permasalahan sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari proses
5) Permasalahan
sebagai stimulus aktivitas autentik
b.
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis
masalah ini adalah:
1)
Keterampilan
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2)
Pemodelan
peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah
penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang
lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.
Aktivitas-aktivitas mental di luar
sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
- PBL mendorong kerjasama dalam
menyelesaikan tugas.
- PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong
pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap
dapat memi peran yang diamati tersebut.
- PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan
sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena
dunia nyata dan membangun temannya tentang fenomena itu.
3)
Belajar
Pengarahan Sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa
yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah
bimbingan guru.
c.
Model PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
1) Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional,
karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2) Responsibility
: PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta
didik ke diri dan panutannya.
3) Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada
pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan
tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional.
4) Active-learning
: menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik
untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses
pembelajaran yang mandiri.
5) Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap
para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah
pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6) Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan
pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada
keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
7) Driving Questions
:PBL difokuskan pada permasalahan yang memicu peserta didik berbuat menyelesaikan
permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8) Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan
para peserta didik.
9) Autonomy :proyek
menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting.
d.
Prinsip Proses Pembelajaran PBL
Prinsip-prinsip PBL
yang harus diperhatikan meliputi
konsep dasar, pendefinisian
masalah, pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan dan penialainnya.
Konsep Dasar (Basic Concept)
Pada pembelajaran ini fasilitator
dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill
yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik lebih cepat mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan
pembelajaran. Konsep yang diberikan
tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta
didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
Pendefinisian Masalah (Defining
the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan
skenario atau permasalahan dan dalam
kelompoknya peserta didik melakukan
berbagai kegiatan. Pertama, brainstormingdengan cara semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua,
melakukan seleksi untuk memilih pendapat yang lebih fokus. ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik yang akhirnya
diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka
ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang
diperlukan untuk menjembataninya.
Pembelajaran Mandiri (Self
Learning)
Setelah mengetahui tugasnya,
masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi
misalnyadari artikel tertulis di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar
dalam bidang yang relevan.
Tujuan utama tahap investigasi,
yaitu:
(1)
agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan
dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan
(2)
informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan di kelas relevan dan dapat
dipahami.
Pertukaran
Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri, pada
pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya dapat dibantu
guru untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan
kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam kelas dengan mengakomodasi
masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk
memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan
mengikuti petunjuk.
Penilaian
(Assessment)
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan
(skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh penilaian terhadap kecakapan dapat diukur
dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan
partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam
pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan.
(Sumber: Modul
Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs. 2014. Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar