Pendekatan
Saintifik, Pembelajaran Matematika Realistik, dan CTL
1.
Pendekatan
Saintifik
Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan Saintifik
(scientific approach). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang ditemukan.
a. berpusat
pada siswa.
b. melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat
mengembangkan karakter siswa.
Proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok, yang terdiri dari:
a.
mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran
pokok tersebut dapat
dirinci dalam berbagai kegiatan belajar peserta didik.
Kegiatan tersebut merupakan rincian dari
eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi, yakni: mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
dan mengkomunikasikan.
Kegiatan
pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan
untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan inti merupakan
kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan
pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan penutup
ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum
atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi
pelajaran yang dikuasai siswa.
(Sumber: https://pengawas
madrasah.files.wordpress.com/…/10-pendekatan-saintifik diakses pada Rabu, 7
Oktober 2014)
2. Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran
Matematika Realistik dikembangkan di Belanda tahun 1970-an oleh Institut
Freudenthal dan saat ini telah berkembang luas diberbagai negara, termasuk
Indonesia.
Pembelajaran
Matematika Realistik dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang
berpandangan bahwa matematika merupakan aktivitas insani (human activities)
dan harus dikaitkan dengan realitas/dunia nyata sehingga siswa harus diberi
kesempatan menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan
guru, dan bahwa penemuan kembali (reinvention) ide atau konsep tersebut
harus dimulai dari penjelajahan berbagai
situasi dan persoalan “dunia riil”.
Pembelajaran
Matematika Realistik didasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu:
(a)
menemukan kembali dengan bimbingan dan matematisasi progresif (guided
reinvention and progressive mathematizing). Guided reinvention and
progressive mathematizing berarti siswa diberi kesempatan mengalami
proses bagaimana konsep matematika ditemukan. Pembelajaran dimulai dengan
masalah kontekstual/realistic selanjutnya siswa diharapkan menemukan kembali
konsep matematikanya.
(b)
fenomena yang bersifat didaktik (didactical phenomenology). Didactical phenomenology
berarti situasi yang diberikan mempertimbangkan kemungkinan aplikasi dalam pembelajaran dan sebagai titik tolak
pematimatikaan.
(c)
mengembangkan model sendiri (self developed models). Self
developed models berarti model dibuat sendiri siswa selama pemecahan
masalah. Model awalnya dari situasi yang dikenal siswa, kemudian dengan
generalisasi dan formalisasi menjadi model sesuaipenalaran matematika.
Pada
pembelajaran matematika realistik terdapat dua tipe matematisasi, yaitu:
matematisasi horizontal dan vertikal. Matematikasasi horizontal merupakan
proses dimana siswa menggunakan matematika sehingga dapat membantu mereka
mengorganisasi dan menyelesaikan suatu masalah yang ada pada situasi nyata.
Matematimatisasi vertikal merupakan proses pengorganisasian kembali menggunakan
matematika itu sendiri. Pada awal memecahkan masalah kontekstual siswa
menyelesaikan secara informal dengan bahasa sendiri (matematisasi horisontal).
Setelah cukup familiar terhadap proses-proses pemecahan yang serupa, mereka
mulai menggunakan bahasa yang lebih formal dan akhirnya mereka akan menemukan
suatu algoritma (matematisasi vertikal).
Pembelajaran
matematika realistik dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) fase, yaitu: memahami
masalah kontekstual, menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan
mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan.
Dalam
pembelajaran matematika realistik, dikembangkan suasana pembelajaran yang
terbuka dan demokratis. Interaksi antar siswa dalam melakukan aktivitas belajar
pada setiap fase mendapat penekanan penting. Guru berfungsi sebagai pendamping
dan menfasilitasi agar interaksi antar siswa dalam semua aktivitas pembelajaran
dapat berlangsung baik. Siswa dapat berdiskusi dengan sesama siswa dan
mengajukan pertanyaan kepada guru. Pada tahap awal posisi guru lebih banyak di
depan kelas, tempat guru memberikan pengantar, dan mengingatkan pengetahuan
prasyarat yang harus diingat siswa. Bila diperlukan guru dapat mengecek secara
acak tugas rumah siswa. Pada tahap selanjutnya posisi guru berada di sekitar
siswa atau berkeliling kelas, berjalan dari siswa atau kelompok yang satu ke
siswa atau kelompok lain. Pada akhir pembelajaran, guru kembali di depan kelas,
tempatdia meminpin diskusi kelas, untuk menghasilkan konsep atau teorema.
(Sumber: easymatematika.files.wordpress.com/…/z-pembelajaran-matematika-realisti)
3. Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) meruapakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
CTL
bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan
tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam CTL, proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
Asas
CTL:
1) Konstruktivisme,
yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman.
2) Inkuiri,
yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Secara umum inkuiri dapat dilakukan melalui
beberapa langkah, yaitu:
a. Merumuskan
masalah
b. Mengajukan
hipotesis
c. Mengumpulkan
data
d. Menguji
hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
e. Membuat
kesimpulan
3) Bertanya
(questioning), dalam suatu
pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
a. Menggali
informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran
b. Membangkitkan
motivasi siswa untuk belajar
c. Merangsang
keingintahuan siswa pada sesuatu yang diinginkan
d. Membimbing
siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
4) Masyarakat
belajar (learning community), konsep
masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
melalui hasil kerjasama dengan orang lain, baik dalam kelompok belajar secara
formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara ilmiah.
5) Pemodelan
(modeling) adalah proses pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oelh setiap siswa.
6) Refleksi
(reflection) adalah proses pengendapan
pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
7) Penilaian
otentik (authentic assessment), dalam
CTL penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar
seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian
nyata adalah poses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa, baik dari segi pengetahuan dan
keterampilan, hasil produk siswa, dan tugas-tugas yang relevan dengan
kontekstual.
(Sumber: file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.PEND…ASEP…/8.Model_CTL.pdf
diakses pada Rabu, 7 Oktober 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar